Halaman

Kamis, 10 Januari 2008

ORDE MIMPI


OLEH : R Giryadi
(Teater Apakah Surabaya)

Drama ini dimulai dengan suara berdentang tanda kehidupan dimulai. Musik ritmis mengiringi dentang yang berdenyut seperti detak nadi. Ligthing perlahan menyala menyinari orang-orang dalam tabung besar. Mulut dan mata mereka tertutup rapat. Seperti sedang menjalani sebuah proses kelahiran. Di luar tabung besar, dua orang sedang bercakap-cakap serius.

01.PAKARWAN:
(Modar-mandir, gelisah) Aku belum menemukan jawaban.
02.RIBAWAN
Apa perlu rumus-rumus?
03.PAKARWAN
(Berpikir sejenak) Sebenarnya tidak perlu. Tetapi aku ragu, kerena mereka penuh dengan rumus-rumus yang telah diformalasikan. Lihat kepala mereka terlalu besar. Di dalamanya segebok rumus-rumus hidup siap digunakan.
04.RIBAWAN
Jadi, masih diperlukan perhitungan yang tepat?
05.PAKARWAN
Bukan perhitungan tetapi kesepakatan. Jangan sampai kehadirannya menjadikan suasana kacau.
06.PAKARWAN
Tetapi mereka kan berdiri dari rumus-rumus. Kita siap mengendalikan.
07.RIBAWAN
Jadi apakah harus kita delete tanda formulasi?
09.PAKARWAN
Mana mungkin bisa? Tanda-tanda itulah yang mungkinkan mereka hidup. (Mencoba berpikir lagi) Ah….buntu!

Musik irama dengus laboratorium terdengar perlahan. Kedua orang sedang mengamati hasil eksperimenya. Mereka membicarakan sekutu tetapi tidak terdengar. Mereka begitu serius. Dan dari sudut lain datang seseorang yang dikawal orang berpakaian aneh.

10.TUAN JABAT
Selamat apa saja!
11.KOOR
Selamat apa saja!
12.PAKARWAN
Oh, Tuan Jabat. Selamat datang di laboratorium Rekayasa Gene kami. Silahkan, silahkan. Kami sudah menunggunya sejak tadi. Mengenai pesanan itu, mohon diperiksa dulu.
13.TUAN JABAT
(Melihat-lihat tabung besar) Good, good. Apakah sudah bisa?
14.PAKARWAN
(Diam sejenak. Klincutan) E…..e…..begini ….e
15.RIBAWAN
Sudah, tuan…e…ee…tetapi
16.TUAN JABAT
Oh..no. Kok, pakai tetapi segela!
17.RIBAWAN
Be..be..be benar Tuan. Kita masih perlu waktu untuk berpikirlebih matang.
18.TUAN JABAT
Ah, teori
19.PAKARWAN
Tepat sekali, Tuan. Kita memang masih butuh teori untuk menterjemahkan kelahirannya. Kita masih punya sisa benyak generasi yang nggangur. Bahkan dari informasi pihak Badan Pemerhati Generasi (BPG), ternyata masih banyak yang ingin memperpanjang hidupnya. E..e kalau tidak salah, menurut mereka, Tuan termasuk di dalamnya. Benarkah, Tuan?
20.TUAN JABAT
Ah, kamu itu tahu saja.
21.RIBAWAN
Menurut kabar angin. Kalau itu benar, Tuan sedang merehap rumah dan mengganti segala perabotannya. E, termasuk kursi kesayangan Tuan. Katanya sekarang kursi Tuan semakin tinggi. Begitukah?
22.TUAN JABAT
Wah, wah, wah. Ternyata kabar itu lebih santer dari kenyataan yang salah alami. No, no, saya merenofasi beberapi bagian saja. Itu kan, hanya menuruti istri dan anak-anak saja. Wah, wah, wah semakin tinggi kekuasaan semakin tinggi banyak angin yang menamparinya…haa…haaa..haa. I don’t now, mengapa mereka begitu menginginkanya?
23.RIBAWAN
Ingin menduduki kursi itu?
24.TUAN JABAT
Bukan, ingin membelinya. (Mereka bersam-sama tertawa cekikikan). Ah, lupakan saja. Terus, bagaimana ini, apakah perlu ada surat keputusan.
25.PAKARWAN
Tidak perlu formal-formalnya begitu. Mereka sudah dilengkapi dengan sistem pengendali otomotis yang menyatakan kelahirnya. Pada saatnya mereka akan keluar sendirinya sesuai dengan rencana kita. Yang perlu kita siapkan saat ini hanya, kesediaan kita menerima mereka di tengah-tengah kita.
26.TUAN JABAT
Teori lagi!
27.PAKARWAN
Kerena mereka terdiri dari rumus-rumus baru. Bisa-bisa kita habis oleh rumus-rumusnya . Kita tidak bisa berimprovisasi saja. Kita herus lebih pintar darinya.
28.TUAN JABAT
Apakah itu, yang menyebabkan keterlambatan kelahiran mereka.
29.RIBAWAN
Mungkin. Atau memang kita belum siap?
30.PAKARWAN
Bukan, kita belumterlalu membutuhkan kehadiranya.
31.TUAN JABAT
Itu ketakutan kita.
32.PAKARWAN
Bisa juga begitu.
33.TUAN JABAT
Ah, sudahlah jangan risau. Apakah kalian lupa dengan dua mesin disampingku ini. He, kalian ngomong. Jangan diam saja. Masak ngomong saja menunggu perintah.
34.KOOR
(M16DAN AK47) Siap Tuan!
35.TUAN JABAT
Ayo ngomong!
36.M16
Siap melaksankan tugas!
37.AK47
Siap melaksanakan tugas!
38.TUAN JABAT
Apa? Tugas apa ?
39.KOOR
(M16 DAN AK47) Siap, keamanan Tuan!
40.TUAN JABAT
Saya kira kalaian sudah mendengar sendiri. Saya tidak perlu berlama-lama di sini. Saya masih ada tugas jawabnya. Saya pergi dulu. Selama apa saja.
41.KOOR
Selamat apa saja!

Tuan jabat, M16, Ak47. Out stage. Pakarwan dan ribawan saling pandang, seperti membuat kesempakatan, kemudian out stage. Lighting perlahan meredup. Mesik mengiring keras seperti benda yang bergesek-gesekan, berbenturan. Musik berhenti, ketika mendengar suara dari spiker berkoar-koar.

42.SPIKER
Perhatian! Perhatian! System Pengendalian Pusat (SP2) memerintahkan agar mengendali-mengendali cabang siaga penuh. Gene 1, 2, dan 3, akan membuka sisitem sementara. Kepada gene1, 2, dan 3, kita akan masuk tanda formulasi plus (+), tanda kehidupan dimulai. (Tekan tombol) Selamat datang!

Ketiga gene yang berada dalam tabung plasktik, mulai bergerak perlahan-lahan. Tubuhnya otot-otot mulai meregak, kaku, dan kejang –kejang. Kejangan tubuhnya semakain lama semakin keras diikuti suara mengerang-ngerang , suara jerit, dan tangis.

43.SPIKER
Perhatian, kepada seluruh Sistem Pengendalian Cabang (SPC), kita menuju formula samadengan (=). Kepada masyarakat luas, mohon memperhatikan datangnya generasi baru gene 1, 2, dan 3. Semua cabang sudah siaga. Okey! Berpisah untuk meluncur melaksanakan tugas. Hitungan mundur : 10,9,8,7,6,5,4,3,2,1, go…!
Ketiganya meluncur melalui papan luncur. Musik berdendang keras. Lighting berkilat-kilat. Mereka meluncur cepat sekali, hingga bertemu pada sudut yang ditetentukan. Mereka saling pandang, saling mengamati, saling meraba seluruh tubuh. Mereka ingin saling sapa. Tetapi mulutnya tidak mengeluarkan suara. Mereka mengunakan bahasa isyarat yang tidak ada artinya. Dan membuat mereka bertambah bingung akhirnya mereka tidak meneruskan bicara. Tiba-tiba dikejutkan oleh suara dari spiker.

44.SPIKER
Halo, halo, SP2 memanggil. (Ketiga orang yang sedang melamun terperanjat, kemudian mencari sumber suara). E, maaf. Eror, eror, ada gangguan teknis. Maaf kita lupa menekan tombol kode bahasa. Tunggu sebentar, ada sesuatu (Sumber suara menjauh dan terdengar lirih. Speker tendengar sedang bercakap-cakap dengan seorang perempuan) –sebentar sayang, saya sedang serius, jangan ganggu saya. Nanti sajalah puaskan dirimu, kalu sudah selesai semuanya- (Suara kembali terdengar jelas) SP2 memanggil! Kode sudah ditekan, silahkan dicoba!

Mereka mulai menggerakana mulutnya. Kata yang mulai diucapkannya adalah: Aku, saya, dan kamu. Masing-masing menyebut dirinya dan saling menyebut yang lain.

45.ORANG I
Aku…..aku…. aku..(menunjuk dua temanya)
46.ORANG II
Aku? (menunjuk dirinya) Aku…A-k-u.
47.ORANG III
(Menunjuk dirinya) Aku…A-K-U

Orang I Tidak mengerti, dua temanya juga menyebut sama: Aku. Kemudian dari spiker terdengar suara. Mereka terkejut dan mencoba bersama-sama mendegarkanya.

48.SPIKER
Benar dan bagus. Kalian sudah mengenal kata. Untuk itu dari pengendalian dari pengendalian kata-kata yang telah dibuat sesempurna dan sebaik mungkin. Untuk itu gunakan bahasa itu sebaik-baiknya dan sebenar-benarnya. Bahasa itu akan kalian gunakan untuk percakapan sehari-hari, agar kalian saling mengenal.
E..mohon perhatian, selain kalian akan diberi tanda pengenal yang disebut nama masing-masing, maka kata AKU harus ditanggalkan. Yang harus kalian gunakan adalah gene 1 mempunyai nama Pekerti. Ingat Pa-ker-ti. Gene 2 mempunyai arti Panarut. Ingat Pa-nu-rut, dan gene 3 mempunyai nama Panrimo. Ingat Pa-nri-mo.
Kali terakhir, larangan yang harus dipatuhi adalah (1). Dilarang berbicara terlalu keras .(2). Dilarang berpikir yang aneh-aneh. (3). Dilarang melihat sengaja maupun tidak sengaja. (4). Dilarang mengajukan pertanyaan dan usul.
SP2 akan mengambil tindakan preventif bila salah satu larangan kalian langgar. Disana ada M-16 dan Ak47. Kalau mereka tidak bisa mengatasi, maka akan diambil tindakan penangan khusus dengan merubah formula tanda kurang(-) bila memperlambat aktifitas anda dan tanda bagi (:) akan mengentikan aktifitas anda. Demikian mohon diperhatian dan selamat menempuh hidup baru.

(Sooosssssssss, suara spiker mengilang)

49.PAKERTI
He, jangan pergi! (sesaat, ia tidak sadar kalau sudah bisa berbicara. Mulutnya diraba seakan tidak seakan tidak percaya) Apa yang terjadi. Apa artinya ini? He, jangan pergi! Lo..apa ini? lagi-lagi aku..
50.PANURUT
(Memandang dengan penuh heran) Apa itu? (Ia terkejut dengan kalimat yang diucapkan).
51.PANRIMO
(Plenggang-plenggong, tidak mengerti apa-apa. Ia mendekati kedua orang temannya. Yang sedang meraba-raba mulutnya.ia ikut meraba mulutnya dan juga meraba mulut tamanya) Kenapa kamu? (Terkejut).

Mereka saling pandang. Kemudia saling meraba mulutnya sendiri dan mulut temannya. Sesekali burusaha melihat dalam mulut dengan rasa kagum, cemas, dan tak mengerti mereka duduk termenung.

52.PAKERTI
(Menunjuk) Siapa kalian?
53.PANRIMO
Kalian itu loh? (Tidak sadar)
54.PANURUT
Apa maksudmu!? (Berteriak)
56.PANRIMO.
Apa? (Juga tidak mengeti)
57.PEKERTI
A-p-a, Apa.
58.PANURUT
(Manggut-manggut)
59.PANRIMO
Kenapa? (Memandang dengan heran)
60.PENURUT
(Mengelengkan kepala)
61.PANRIMO
Lho…? (Tamabah tidak mengerti)

Mereka kembali saling memandang dengan ekspresi tak menetu. Dan tak seorang pun mengerti apa maksudnya. Mereka saling tatap bahkan saling meraba wajah mereka masing-masing dan juga saling meraba tubuh mereka. Pada puncaknya, mereka merasa geli. Gerakan tubuhnya kejang-kejang. Menggeliat-menggeliat. Tertawa kecil. Cekikikaan. Dan meledehkan tawa mereka.

62.KOOR.
Haaa, ha, ha, ha, ha, ha, ha, ha. (Terpingkal-pingkal).
63.PEKERTI.
Cukup, cukup, berhenti! (Berteriak)
64.PENURUT
Apa lagi itu? Hik…hik..Hik..ha..ha haaaaaaaa!
65.KOOR
(Tertawa terbahak-bahak. Semakin keras. Semakin terpingkal-pingkal).
66.TUAN JABAT.
(Dari dalam, muncul tiba-tiba) Pekerti. Panurut. Panrimo!
(Mereka berhenti tertawa, memandang kagum kepala Tuan Jabat dan dua pengawalnya) O, ternyata kalia sudah ada disini. (Mereka saling memandang, tidak mengerti). Maafkan saya dan dua pengawal setia saya ini, datang tidak tepat pada waktunya. (Tak kuat menahan tawa. Akhirnya tertawa bersama. Tetapi tiba-tiba mereka berhenti)
67.M-16 DAN AK-47
(Bersama-sama mengokang senjata)
68.TUAN JABAT
Pengawal janangan terlalu agresif. Biarkan mereka. Mungkin ada kesalahn. O, ya , saya lanjutkan. Jalanan macet, lagi pula informasi yang saya peroleh kurang akurat. Jadi maklum, tetapi untunglah akhirnya kita bisa bertemu. (Memandangi ketiganya) Oh, sungguh hasil yang memuaskan.
Tentunya kalian sangat beruntung dan bahagia terlahir di sini. Tempat ini begitu tentram dan damai. (Pause) Lo, kenapa kalian tampak murung. Jangan diam saja. Ayo coba katakan kegembiraanmu Pakerti. O, ya, siap yang namanya Pakerti. (Tidak ada yang mengangkat tangan). Lho? Yang namanya Panurut yang mana? (Tidak ada yang mengangkat tangan). Lho?! Panrimo yang mana? (Juga tidak ada yang mengangkat tangan). Lho!!!?? (Lebih keras).
Tidak apalah, tetepi berbahagialah, karena kamu mamasuki era baru kehidupan. Tidak gemen-gemen lo. Kalian sudah merdeka. Ini merdeka betul, tidak hanya dibibir saja. Lihat di sana ada gedung bertingkat. Ah, nanti kalian akan tahu, bagaimana rasanya merdeka. (Pause) Kenapa? O, ini? Jangan takut, mereka juga manusia seperti kalian. Ayo, pengawal mendekatlah, kenalkan mereka.
(M-16 DAN AK-47 menjulurkan tangan, tetapi mereka tetap diam, tidak mengerti maksudnya). Balaslah salamnya. Begini (Mengangkat tangan masing-masing, kemudian saling bersalaman). Ini namanaya M-16 dan yang satunya namanya AK-47. Mereka berdua bertugas sebagai pengawal dan juga penjaga keamana. (Pause) Apa kalian sakit to, kok diam saja?
69.KOOR
Apa??
70.TUAN JABAT
Apa? Jadi kalaian…?
71.KOOR
Apa….?
72.TUAN JABAT
Oh, Tuhan. Pasti ada yang tidak beres ini. No….berbahaya ini. Jangan kawatir. Pengawal! Lakukan sesuatu!
73.KOOR PENGAWAL
Siap, melaksanakan tugas!!(Bersama-sama mengokang senjata)
74.TUAN JABAT
Stop! Stop! Jangan terlalu reaktif to. Ini belum tingkat yang membahayakan. Maksudku bawalah mereka, dan karantina dulu. Jangan boleh menemui orang lain dulu. Mereka masih telanjang. Belum mengerti apa-apa.
75.KOOR PENGAWAL
Siap melaksanakan perintah! (Menggiring ketiga manusia baru)(Meraka bersama-sama menolak ajakan pegawal)
76.PEKERTI
Apa? (Tidak mau dibawa pergi)
77.TUAN JABAT
Tidak, apa-apa. Jangan takut. Kalaian hanya akan dibawa ketempat yang lebih aman. Ayo, pengawal bawa mereka!

Tanpa membantah sekatapun, mereka menurut digiring pengawal. Out stage. Musik terdengar lirih, menggiringi lagu kebisuan. Black out

BABAK 2

Lagu Kebisuan
Aku dilahirkan di padang sunyi.
Ilalang-ilalang menari-nari bercumbu dengan bulan.
Burung-burung meniup seruling, mendayu, seperti angin.
Tubuhku berlumur lumpur sawah.
Hidupku seperti pagi diirama desir air ngarai dan lembah-lembah.
Inilah nyanyiaku.
Simponinya teruntai oleh tetes keringatku.
Ibu…oh, ibu ku. Tanah dan air ku.

Stage lenggang. Black out. Tirai putih turun, lighting mengarah pada sudut panggung. Tepat mengenai tempat ari-ari ditanam, terdiri kurungan kecil dan lumpu teplok. Disana sudah berdiri seorang perempuan sedang menggendong boneka bayinya. Ia menimang-nimangnya. Irama musik menggantung sedih.

78.PARTIWI
Cepat besar ya, nak. Cepat bisa berlari dan bicara. Kamau harus kuat seperti Gatutkoca. Kamu harus perkasa seperti Bima. Dan kamu harus cerdik seperti Bathara Ksena. Siapa lagi Ibu yang diharapkan, kecuali kamu anak ibu satu-satunya. Cepat besar ya, nak. Biar cepat bisa menggarp sawah dan mencarikan rumput sapi-sapi kita. Siapa lagi, ayahmu setiap hari bekerja sendirian. Kau harus cepat besar. Nanti Ibu sekolahkan sampai sarjana, biar tidak dibodohi orang lain. Cepat besar nak, jaman sudah maju. kita sudah merdeka. Dimana-mana orang bekerja, membangun negeri ini. Cepat besar nak, tanah kita menanti uluranmu. (Menimang-nimang lagi).
79.NENEK
(Dari dalam, bersama Kakek membawa buku besar) Partiwi..Partiwi..Partiwi, di mana kau, Nak. Oh, Partiwi sudahlah. Tak baik begitu. Masukalah, tak baik dilihat orang lain. Lihatlah mereka seakan mengejek kita. Tak apalah. Tetapi kau jangan menyesali nasibmu seperti itu. Pada suatu saat nanti alam pasti , merubah nasib kita. Percayalah, ia mempunyai kekuatan yang maha dasyat. Kamu jangan menyesal. Kalau sekarang kita hanya bisa melahirkan bayi saja, dan tak bisa membesarkan, terimalah itu sebagai takdir.
80.PARTIWI.
Tetapi takdir tidak harus seperti ini…
81.NENEK.
Kenapa kamu menyesali takdir?
82.PARTIWI.
Sawah kita luas. Tanah kita subur, akankah digarap oleh generasi yang menyesal. Setiap hari minta ditimang-timang, minta dinana bobokan, minta disuapin, minta dimandikan. Kapan ia lekas dewasa?
83.NENEK.
Anakku, alam tak akan membiarkan dirinya terlunta-lunta. Pada suatu saat mereka berbicara, dan yakinlah ia akan berbicara lebih keras. Alam mengerti akan dirinya. Nenek sudah sering diombang-ambingkanya. Nenek dan Kakek adalah prasasti alam yang sewaktu-waktu membelamu. Janganlah kelewat menyesal.
84.PARTIWI.
(Menimang-nimang lagi) Cepat besar, Nak. Cepatlah kau bisa berlari. Jaman seperti roket.
85.NENEK dan KAKEK.
(Geleng-geleng kepala, sambil membuka-buka buku besaar)
86.KAKEK.
Kau harus kembali buku besarmu ini, Partiwi.
87.PARTIWI.
Kau harus mencoba kembali buku besarmu ini, Partiwi
88. PARTIWI
Aku sudah berulang kali membaca, tetapi selalu gagal.
89.KAKEK
Tidak, kau tidak gagal. Kau harus ulangi sekali lagi! Kau tidak boleh menyerah.
90.PARTIWI.
Cepat besar, Nak. Lihatlah matahari sudah tinggi. Jangan tidur dipangkuan ibumu. Kini saatnya kau bangkit, mengakat cangkul dan sabit. Jangan sampai tanah ini direbut orang lain. Kau harus menjaganya. Cepatlah besar, nak. Jangan membisu saja. Dengarkan Ibumu….ya…
91.NENEK
Partiwi, air matamu menetes?
92.KAKEK
Kita belum pernah lihatnya sesedih ini.
93.NENEK.
Jangan menangis Partiwi, malu dilihat tetangga.
94.KAKEK
Kita ini keluarga besar. Kau harus bisa menghadapi kesedihan ini. Kemarin-kemarin, kau tidak menangis. Bahkan begitu tabah. Lihatlaha catatan buku harian ini (Membuka buku besar) Tak ada kata tangis disni. Ayo, Partiwi kita harus mengadapi semua ini.
95.PARTIWI
Apakah Kakek dan Nenek lupa, bahwa kemarin memang tidak ada yang harus ditangisi?
96.KAKEK
Saya tahu.
97.NENEK
Saya pun juga tahu
98.PARTIWI.
Buku besar kita ini tidak pernah mengisi kata hatiku. Dulu aku tidak menangis kerena, yang tertanam dalam perutku adaalah bunga-bunga yang wangi. Disana akau dibuatkan taman begitupun aku. Tetapi sayang….(Pause)
99.KOOR
Tetapi sayang?
100.PARTIWI
(Mengis, sesenggukan)
101.KAKEK
Lho….menangis lagi.
102.NANEK
Tetapi apa, Partiwi?
103.PARTIWI
Itulah yang tidak pernah kita cacat. Kita sudah terlalu dininabobokan oleh taman dan kebun kita. Tetapi kita tak pernah tahu, selama ini perutku telah dibuangi sampah dan bangkai-bangkai tak berguna!

Terdengar suara bel berdentang-dentang

104.KAKEK
Kelihatan ada yang datang? (Menghapiri pintu besar out stage)
105.NENEK
Lembaran baru kita akan tulis, Partiwi!
106.PARTIWI
Sudah beribu kali kita menulisnya.

Kakek masuk bersama tuasn jabat. AK-47, M-16, Partiwi, panrimo dan panurut

107.KAKEK
Mari, silahkan masuk Tuan….
108.TUAN JABAT
Kami menghadap Juru Catat.
109.KAKEK
Denagn senang hati. Kabar apa kiranya yang dibawa, kok kelihatan gembira sekali.
110.TUAN JABAT
Begitulah kiranya. Hari ini kita harus bergembira, menyambut kehadiran generasi baru, hasil produksi dalam negeri. Wah, hasil yang menggaumkan. 60% kandungan lokal selibihnya rekayasa belaka. Oh, maaf bila tampaknya begitu mendadak. Biasa era Teknologi. Kita hasur segera mengejar itu.
111.KAKEK
Tuan Jabat, to the point, saja
112.TUAN JABAT
O…o…o., baik. Tepatnya, meraka adalah generasi baru yang telah kita ciptakan untuk memimpin generasi ini. Dalam buku besarmu, bahwa era baru kita untuk ingat menjadi negara yang disegani. Catat itu! Oya..mari. Lihatlah mereka! (Kakek membatu) Canggih dan bermutu. Ini bukan lagi kerajinan tangan atau dari bim sala bim. Tetapi benar-benar dari kemajuan ilmu pengetahuan kita yang berkembang pesat. Apa kalian tidak bangga.
Catatlah! Biar suatu saat nanti, kita bisa membukanya bersama-sama. Lho, lho… Partiwi kok diam saja toh. Jangan mbesengut begitu. Mbok ya ikut bergembira. Ini hari gembira, tidak sewot begitu! Negara-negara besar saja belum tentu bisa berbuat begini. Ini harus kita sambut dengan lapang dada. Siapa lagi kalau bukan mereka yang membaangun negeri besar ini kalau bukan generasi baru. Bukan begitu, Partiwi?!
113.KAKEK.
Tuan….kiranya, Partiwi masih belum berkenan.
114. TUAN JABAT
Ah…mokal, impossible. Kemarin-kemarin ia bergembira. Ah, sudahlah. O…ya, mereka adalah Panurut, Panrimo, Pakerti. Sangat sederhana sekali. Partiwi, aku berbuat ini demi kepentingan kita bersama. Kita harus menyiapkan generasi yang canggih. Dan itulah mereka. Partiwi, tersenyumlah. Aku ingin melihat kau bahagia.
115. PARTIWI
Tuan Jabat, indah sekalui kelihatannya. Seandainya ini bukan mimpi, aku tidak akan bersedih.
116. TUAN JABAT
Oh…mimpi ?
117. PARTIWI
Tuan Jabat, mimpi yang kemarin hanya menjadi sampah dalam perutku. Tidakkah kau mengerti itu. Dan mimpi itu dalam buku besar hanya menjadi lembaran hitam. Lihatlah janin yang terkapar ini , beribu-ribu bahkan berjuta-juta kau terlantarkan. Tidak lihatkah engkau. Buanglah mimpi besarmu itu Tuan Jabat !
118 TUAN JABAT
No… impossible. Juru Catat ! Adakah itu tertera dalam buku besarmu.
119 KAKEK
(MEMBUKA BUKU BESAR , MENCARI-CARI KEMUDIAN MENGGELENGKAN KEPALA)
120. TUAN JABAT
Nah.. You now ? Mana mungkin ini mimpi ?
121. PARTIWI
Tuan Jabat! Anda boleh tidak percaya. Silahkan, itu hak Tuan. Catat itu Kek. Saya, Partiwi akan undur dari mimpi ini. Saya sudah tak sanggup lagi. Selamat tinggal.

Partiwi out stage. Musik melantun lirih. Tuan jabat dan ketiga generasinya bergeming. Kakek dan Nenek tidak berkata-kata. Lighting temaram biru.

122 KAKEK
Saya tak pernah melihat Partiwi semurka ini. Pertanda Tuan Jabat. Ini pertanda. Tuan Jabat harus menahan diri.
123. NENEK
Partiwi sudah terlalu lelah. Tuan Jabat harus paham itu. Sudah terlalu banyakn yang dikorbankan. Tuan Jabat harus paham. Dalam buku besar ini , kami sudah terlalu sering membuat catatan kesedihan dan kami tidak bisa menutup-nutupi.
124. TUAN JABAT
Sudalah. Jangan meracu begitu Juru Catat. Aku bosan dengan petuah-petuah. Sekarang aku butuh persetujuanmu, bukan petuahmu ! (Duduk di kursi goyang)
125. KAKEK
Kami hanya bisa mencatat Tuan. Itulah tugas kami. Kalau Tuan ingin membuat dan melahirkan generasi baru lagi, itu hak Tuan. Silahkan. Kami nanti yang mencatatnya. Biarlah Partiwi, nanti kami yang membujuk. Bukankah Partiwi selalu menurut jika Tuan memaksa. Kalau semua ini Tuan anggap baik dan benar.

Partiwi on stage dengan membawa sekeranjang bayi. Ia menebarkan (menanam bayi-bayi itu) ke tanah dengan penuh takjim.

126. KAKEK
Sebagai pemimpin tidak boleh ragu-ragu. Dalam kondisi perang komando harus tegas. Tuan Jabat adalah orang nomor satu disini, sebagai pusat komando. Mengapa harus berunding segala. Toh segala sesuatu demi kepentingan Tuan. Beribu bahkan berjuta manusia disekitar Tuan yang telah Tuan buat sebagai budak-budak tuan, yang sekarang sudah afkiran, tidak ada salahnya tuan mencoba semua itu.
Tuan harus berani. Nantri kami yang mencatat. Partiwi akan mengerti. Ketika waktu bergerak maka pikiran manusia akan melesat menyusulnya.
127. NENEK
Tetapi sasmita Partiwi tidak setuju itu harus Tuan Jabat perhatikan. Itu berarti Partiwi tahu waktu. Paham akan siklus alam. Mungkin Partiwi hanya hanya ingin proses semacam ini mbok yao dibatasi. Perut Partiwi mengembung hanya oleh bangkai sia-sia. Sepanjang hari ia hanya menimang-nimang kekalahannya. Manusia memang serakah , terkadang singapun dibuat malu olehnya.
Tetapi Tuan Jabat, Semuanya berpulang kepada Tuan. Mungkin, sasmita Partiwi itu hanya sebagai ujian saja. Seperti biasanya. Silahkan Tuan. Kami hanya bisa mencatat.
128. KOOR (KAKEK DAN NENEK)
Silahkan Tuan, kami hanya bisa mencatat.

Berulang-ulang sampai suara menghilang. Partiwi terus menari. Tubuh bayi berserakan keseluruh ruang. Tirai-tirai turun, seperti pilar-pilar gedung besar.
Suasana Hening. Hanya terdengar dengkur Tuan Jabat yang tampak lelah dan renta. Tiba-tiba dentang jam berbunyi, entah berapa kali. Tuan Jabat terperanjat, seperti bangun dari tidur.

129. TUAN JABAT
Pakerti, Panurut, Panrimo….!!!
130. M-16 DAN AK-47
Siap melaksanakan tugas ! (KOOR)
131. TUAN JABAT
Lo, kemana Pakerti, Panurut, dan Panrimo ?
132. M-16
Siap ! Tidak tahu yang Tuan maksud.
133. AK-47
Siap ! Idem. Tuan !
134. TUAN JABAT
Idem, idem. Idem bagaimana to kamu itu. Tiga manusia yang kamu kawal tadi lo. Pakerti, Panurut dan Panrimo ?
135. KOOR
Siap, tidak tau Tuan !
136. TUAN JABAT
Goblok jadi mereka kamu biarkan liar begitu. Saya kan sudah bilang jaga mereka semua. Mereka harus terus diawasi. Kalau tidak…Wah pengawal goblok. Bisanya hanya tunggu perintah. Apakah kamu tidak bisa berpikir. Kamu ini manusia. Bukan kerbau cunguk, kalau tidak dikeluh tidak bergerak. Mau jadi apa kalian. Perang itu pakai otak bukan otot saja. Pengawal goblok. Kemana mereka ! ?
137. RIBAWAN
(DARI LUAR) Hallooo. Eny body home ? Oh, Selamat apa saja Tuan Jabat. Kiranya Tuan Jabat sudah bangun . Kebetulan sekali. Berhari-hari saya menunggu tuan bangun tidur. Kata Tuan Pakarwan, Tuan tidak boleh diganggu. Wah, begitu sibuknya pejabat, sampai tidurnya berhari-hari.
138. TUAN JABAT
Bicaralah yang lebih sopan. Katakan apa perlunya?.
139. RIBAWAN
Okey. Tanggal pelunasan hutang-hutang sudah waktunya Tuan Jabat.
140. TUAN JABAT
Tagihan? Aku belum dapat hasilnya, dari kerjamu itu.
141. RIBAWAN
Tapi ini sudah jatuh tempo, Tuan.
142. TUAN JABAT
Diroll over dulu saja.
143. RIBAWAN
Enak saja. Dulu kan Tuan sendiri yang maksa-maksa. Saya kan juga hasil pinjaman. Ini juga sudah jatuh tempo. Enak saja kalau ngomong. Memangnya duit, Emakmu.
144. TUAN JABAT
Kamu jangan ngomong begitu. Saya belum punya uang. Kalau memang butuh sekarang, ambilah barang-barangku.
145. RIBAWAN
Saya butuh uang kontan, Tuan!

Ribawan Mencengkeram leher Tuan jabat kemudian melempakan ke kursi goyang. Tuan jabat marah besar. Dengan bahasa isyarat ia mengomando M-16 dan AK-47. Mereka mengokang senjata dan mengarahkan ke Ribawan

146. TUAN JABAT
Kalau yang kamu maksud uang aku tidak punya. Tetapi kematian yang aku punya. Tunggulah di neraka, nanti aku lunasi.

Memberi isyarat tembakan. Suara tembakan beruntuh merubuhkan tubuh Ribawan. Musik berderap-derap. Suara gendering, terompet, dan teriakan orang-orang membahana.Pakarwan masuk dengan tergopoh-gopoh.

147. PAKARWAN
Gawat tuan! Gawat! Pengendali pusat telah dikuasai massa. Mereka mengobrak-abrik sistem pengendali. Mereka begitu buas. Kami Kualahan. Mereka seperti banteng ketaton sistem pengendali sudah tidak berfungsi lagi. Gawat tuan!.
148. TUAN JABAT
(Melirik dua pengawal) Selesaikan dengan caramu sendiri. Laksanakan !
149. KOOR
Siap melaksanakan tugas ! (Out Stage).

Perang besar terjadi. Orang-orang mengamuk, membakar, membunuh, menjarah apa saja. Tak ada yang bisa mencegah. Suara rentetan tembakan terdengar dimana-mana. Satu persatu orang-orang yang beringas berjatuhan. Sepi!

150. M-16 dan AK-47
(On stage) Siap. Tugas tugas telah dilaksanakan1
151. TUAN JABAT
Good! Sekarang, kau harus bekerja keras lagi Pakarwan. Jangan mengecewakan aku. Buatkan yang lebih canggih. Aku ingin yang lebih Panurut, yang lebih Panrimo, juga yang lebih Pakerti. Kita harus mempersiapkan yang lebih matang. Kau harus mengerti Pakarwan dan Pengawal, hanya engkau yang aku percaya. Maka laksanakan tugas ini sebaik-baiknya. Kamu mengerti Pakarwan ?
152. PAKARWAN
Berpuluh-puluh tahun yang lalu kita bersepakat, berjalan bersama-sama demi masa depan kita bersama. Tetapi jalan kita selalu berseberangan. Saya telah merasa mengkhianati kesepakatan itu.Orde-orde yang kita bangun selalu kandas di tengah jalan. Berpuluh-puluh tahun yang lalu, kita bersepakat. Tetapi sekarang, tidak!?
153. TUAN JABAT
Artinya, kau menolak? (Pause) Okey. Kalau itu pilihanmu, silahkan!
154. PAKARWAN
Saya sudah terlalu tua untuk berpikir.
155. TUAN JABAT
Tugas pemikir adalah berpikir. Bukan begitu, Pakarwan ?
156. PAKARWAN
Benar. Tetapi saya ingin memikirkan kehidupan saya.
157. TUAN JABAT
Lho, Selama ini kamu berpikir untuk siapa ?
158. PAKARWAN
Saya telah mencurahkan tenaga dan pikiran saya untuk semua yang ada di sini.
159. TUAN JABAT
Jangan mbulet, Pakarwan.
160. PAKARWAN
Ya, saya ingin istirahat
161. TUAN JABAT
Jelasnya kamu sudah tidak mau lagi bekerja sama dengan aku. Okey, kalau itu maumu. Silahkan tuan Pakarwan yang aku hormati. Aku mengucapkan terimakasih atas jasa-jasamu selama ini. Maafkan jika aku banyak kesalahan. Sekali lagi aku ucapkan terimakasih, semoga kau bisa menikmati hari tuamu. Selamat tinggal, sampai bertemu.

Pakarwan out stage. Tuan Jabat memberi isyarat kepada dua pengawal. Dua pengawal membuntut Pakarwan. Tuan Jabat menyeka peluhnya dan menyalakan rokoknya. Tiba-tiba terdengar suara tembakan.

162. KOOR
Siap. Tugas telah dilaksanakan ! (Out stage)
163. TUAN JABAT
Habis sudah. Aku harus memulainya dari nol lagi. Kalau hadirin sekalian ingin mendaftar jadi karyawan saya silahkan tulis lamaran. Alamatnya, terserah anda alamatkan kemana saja. Kemanapun ingin mengabdi kepada tanah airnya. Rela berkorban untuk tanah airnya.
Aku butuh orang-orang yang bener-bener ingin mengabdi kepada tanah airnya.Rela berkorban untuk tanah airnya. Aku butuh orang-orang, bukan para pengkhianat. Silahkan kalau ada hadirin yang berminat, tulislah lamaran. Daripada Ijazah sarjana tuan-tuan tidak berguna dan habis dimakan ngengat.
Ini kesempatan emas. Ada yang ingin yang melamar. Anda mungkin (Menunjuk salah seorang penonton) O, Tidak. Hanya lulusan SD katanya. Ya sana pergi jadi buruh-buruh, di negeri orang. Tetapi ingat, kirimlah uang keluargamu yang di sini, jangan mayat.
Oh tuan yang dipojok sana mungkin. Lulusan apa? Sarjana pendidikan. Well, Anda bisa mengajar? Tidak! Terus bagaimana dengan ijazah Anda ? Digadaikan !? Masya’Allah.
Ayo-ayo siapa yang ingin melamar pekerjaan menjadi pegawaiku. Lowongan! Lowongan!. Lowongan! Lowongan! Lowongan! Lowongan! Tidak berijazah tidak apa-apa. Lowongan! Lowongan! Siapa mau lowongan. Lowongan, lowongan!. (Seperti bernyanyi) Lowongan tuan lowongan. Aku butuh orang bukan pengkhianat. Lowongan. Anda mungkin (Kepada penonton. Tak ada jawaban. Out stage)

Stage remang-remang. Partiwi memunguti boneka-boneka plastik dan memasukannya ke dalam keranjang. Kakek dan Nenek terseok-seok membawa buku besar. Kemudian ia membuka lembaran buku besar itu dan menulis sesuatu. Kakek menulis dengan penuh perasaan.

164. KAKEK
Kesaksian: Hari ini, hari yang ke 10590, kami menulis kesaksian di atas lembar hidup dengan tinta kejujuran. Bumi dan langit adalah saksinya. Waktu adalah hakimnya. Halaman tiga puluh lembar terakhir dari kehidupan Tuan Jabat: Tercatat, mimpi-mimpinya telah berakhir, tetapi kerakusan masih mengejarnya. Dihari terakhirnya ia lari dari kursi goyangnya, yang selama ini untuk memuja mimipi-mimpinya. Ia lari meninggalkan kekalahan yang menyedihkan. Ia terus berlari mengejar mimpinya.
Bila hadirin sekalian bertemu, terimalah dengan wajar. Jangan lupa sedikit menyanjungnya, maka ia akan bergembira seperti anak kecil. Hari ini Tuan Jabat telah mencari dirinya yang dulu, hilang entah kemana. Dan hari ini kerajaan mimpinya, hanya tinggal lembaran hitam, yang perlu Anda ketahui. Di sana tercatat prasasti besar : Kekuasaan Bukan Dunia Imajinasi dan Bukan Dunia Rekayasa. Sekian.

Partiwi menyanyi lagu buaian. Lighting perlahan meredup. Suara lonceng, entah berapa kali. Lihting black out. Penonton tepuk tangan

Surabaya, 1994
R Giryadi
(Sutradara teater)

NB :
1. Naskah ini, kali pertama ditulis tahun 1994 dan dikembangkan terus sampai tahun 1998. Diketik ulang dengan sedikit perubahan tahun 2004. Sampai sekarang naskah ini belum pernah dipentaskan.
2. Jika ada yang berminat mementaskan, silahkan mementaskan tanpa dipungut royalty (Asal untuk kepentingan teater, bukan komersial).
3. Naskah ini bisa dikembangan dengan berbagai pendekatan.
4. Bahkan naskah ini memungkinkan dikembangkan dialog-dialognya.
5. bagi kelompok yang mementaskan hanya diwajibkan memberitahukan hasilnya dengan mengirimkan, data apapun (catalog, berita, resume, foto) kepada penulis.

Tidak ada komentar: