Halaman

Rabu, 27 Februari 2008

Teater Kampus (Belum) Kehabisan Napas

Oleh : R. Giryadi
Di Surabaya –Jawa Timur- teater kampus memiliki potensi yang tidak kalah dengan teater amatir (luar kampus, red). Ambil contoh Teater Institut Unesa (IKIP Surabaya) yang sampai sekarang sudah berusia 27 tahun, hamper tanpa menemui kevakuman. Begitu juga, di kampus-kampus Surabaya, IAIN, Untag, UPN, Ubaya, Unitomo, Unair, UWP, ITS, UK Petra, aktivitas teaternya juga tak pernah berhenti.

Bahkan di Malang satu kampus bisa memiliki puluhan teater, seperti Unmuh, Unisma, UNM, dan Uniga. Namun memang teater tidak hanya berhenti pada kwantitas saja. Tetapi sepanjang amatan saya, produksi teman-teman teater kampus, tak pernah ada yang mengecewakan.
Hal ini bisa kita lihat dalam event dua tahunan yang diselenggarakan Badan Seni Mahasiswa Indonesia-Regional Jawa Timur, terlihat sekali keseriusan mereka dalam penggarapan. Tentu saja, orientasi mereka tadak saja kalah menang dalam event itu, tetapi kesadaran mereka benar-benar didasari oleh kesadaran kreatif.
Sepanjang tahun 1997 sampai 2002 misalnya, dari teater kampus, justru memunculkan, Dialog Kamar Mandi, Tanah Mati, Caligula, (teater Kusuma Untag), yang tidak saja mewujudkan keinginan pentas, tetapi benar-benar menunjukan totalitas proses kreatif yang melelahkan.
Begitu juga Teater Institut Unesa, juga melahirkan Jalan Pencuri, Ode untuk Ibu, Pohon dalam Piring Tanah, Rashomon. Teater Cengkir UWP melahirkan, Kurcaci-Kurcaci, dan Blak Kotang. Bahkan Blak Kotang, pernah dipentaskan di acara teatronik TVRI Jakarta.
Ketika diadakan seleksi regional bidang teater oleh BSMI dengan merujuk pada lomba teater realis, kekuatan kreatif teater kampus begitu tampak. masing-masing kelompok teater tetap menunjukan kekhasannya masing-masing yang telah digeluti selama ini.
Sebut saja, teater Hampa, Universitas Negeri Malang, tetap saja mengusung realis gaya teater Melaratnya (alm) Hasim Amir. Teater Kusuma, Universitas 17 Agustus, juga tetap mengandalkan ekplorasi pendalaman karakter dan keliaran tubuh aktor. Teater Institut tetap mengedepankan kekuatan suasana pertunjukan dengan didukung visualisasi artistik yang simbolik.
Selain itu masih banyak kelompok teater kampus yang tak pernah kehabisan napas. Komunitas teater IAIN Sunan Ampel, hampir setiap bulan mengadakan kegiatan, baik diskusi, workshop, dan juga pentas teater. Bahkan saat ini teater kampus di Surabaya memiliki ‘Jendela’ wadah untuk menjalin komunikasi antar teater. Untuk mewadahi apresiasi, Jendela menerbitkan buletin Jitaks, yang dikomandoi teman-teman teater Kusuma.
Diakui memang sepanjang tahun 2002-2007 kegiatan teater kampus hamper-hampir ‘kehabisan’ napas. Selain tidak adanya kegiatan secara personal, dalam ajang dua tahunan BSMI teater kampus kurang meresponya dengan serius. Sepanjang tahun itu, di Surabaya hanya beberapa pertunjukan teatr kampus. Bahkan saat diadakan Parade Teater Kampus 2005 lalu, tampak sekali greget keseriusan mereka berkurang.
Meski demikian kalau kita tengok ke luar Surabaya misalnya, masih ada geliat yang cukup berarti bagi perkembangan teater kampus. Sebut saja teater Tiang Unej, sejumlah komunitas teater di Malang, dan juga teater Lentera STKIP Sumenep, masih memasang kuda-kuda untuk tetap unjuk gigi.
Hal ini terlihat dalam keseriusan penyelenggaraan Temu Teman Teater se Indonesia di Universitas Islam Negeri Malang pertengahan bulan Mei ini oleh komunitas Teater K2 (Komedi Kontemporer, red) UIN Malang. Keseriusan mereka dalam membangkitkan teater di kampus perlu mendapatkan nilai. Dan teater kampus memang akan tetap hidup salama penggiat-penggiatnya mampu dan mau bekerja keras. **

Tidak ada komentar: