Naskah Drama
R Giryadi
SUASANA
MENJELANG SORE HARI, DISEBUAH KOTA YANG SIBUK DAN MACET. LAMPU KOTA MULAI
MENYALA, PERTANDA KEHIDUPAN MALAM AKAN DIMULAI.
DARI
SUDUT GELAP, DATANG SEGEROMBOLAN PENGAMEN JALANAN –PENGAMEN APA SAJA- SEDANG BERJALAN MENUJU KE ALTAR MONUMEN YANG
BERDIRI DI TAMAN KOTA.
MEREKA
TERDIRI, SEORANG LAKI-LAKI MUDA MENYANGKLONG KENDANG BUTUT, IBU TUA MEMBAWA TAS
PLASTIK dan ALAT PENGERAS SUARA SEDERHANA, MENGGANDENG SEORANG BAPAK TUA JUGA
MENYANGKLONG SITER DAN GONG BUMBUNG.
1.
Kodrat
Kita
istirahat dulu Mbok, Pak. Tanganku sudah panas, seharian ngendang terus.
2.
Mbok
Tenggorokanku
juga sudah terasa kering dan panas... (batuk)
3.
Kodrat
Itu
gejala flue...
4.
Mbok
Terlalu
banyak nembang...
5.
Kodrat
Kalau
ada uang beli obat flue..
6.
Bapak
(Meraba-raba
tempat) Tempat apa ini..?
7.
Mbok
Sudahlah
Pak, istirahat dulu. Duduk saja disitu.
8.
Kodrat
Udaranya
panas sekali! (Melepas baju)
9.
Bapak
Batunya
halus sekali. Apa ini kuburan?
10.
Kodrat
Kuburan...!?
Ini batu marmer dari Tulungagung.
11.
Bapak
O...kita
ini sudah sampek Tulungagung ta?
12. Kodrat
Sudah
sampek neraka! Wong dibilang batunya dari Tulungagung kok. Kita masih mbulet
disini saja, kok...sampek Tulungagung.
13.
Bapak
Yo
siapa tau ada yang nunuti kita pulang ke Tulungagung.
14.
Kodrat
Siapa
yang mau memberi tumpangan wong kere! Adanya malah diuncal-uncalke karo satpol PP dari kota ke kota lainnya. Jancuk tenan wong-wong iku.
15.
Bapak
Lak
tambah enak to Le...rekreasi gratis.
16.
Kodrat
Rekreasi
apane..awake dhewe iki dibuang kok rekreasi....rekreasi mbahe sangkil.
17.
Mbok
Walah
kok tambah menyalahkan orang lain.
18.
Kodrat
Saya
sudah capek Mbok. Saban hari keliling kota. Mengais rupiah, tapi nasib gak
pernah berubah. Aku mau minggat saja ke Malaysia!
19.
Mbok
Hus..gak
usah emosi. Disini saja! Apa kalau kamu minggat ke Malaysia, nasibmu berubah.
Wong kawan-kawanmu yang pergi ke sana, pulang-pulang malah dibungkus peti. Apa
malah tidak apes itu?
20.
Bapak
Apa
di kuburan ini?
21.
Kodrat
Kita
sudah tidak punya tempat lain di kota ini.
22.
Bapak
Seperti
di kuburan. Sepiiiii.
23.
Kodrat
Kuburan!
Kuburan! Itu dibaca ada tulisannya (Kodrat membaca tulisan prasasti monumen)
Apa ini? F..R..E..E..D..O..O..M. Fredom!
Ini ada patung manusianya. Besar sekali. Kita akan aman disini. Namanya Fredom.
24.
Bapak
Maksudmu
ini kuburan Kang Fredom?
25.
Kodrat
Mbuh..gak
nggagas!
(meletakan tubuh di altar monumen)
26.
Mbok
Husss...bicara
nglantur semua! Sudah istirahat sana. Ini lo Drat air putih. Biar adem atimu.
Pakne jangan lupa pakai obat nyamuknya. Jangan lupa..disisakan sedikit.
27.
Bapak
Kang
Fredom kasih obat nyamuk juga, nanti gak bisa tidur dirubung nyamuk?.
28.
Mbok
Wong
patung dari semen kok takut nyamuk. Udah tidur sana. Besuk kesiangan diobrak
satpol PP lagi. Dibuang lagi...
KODRAT
KEMBALI MELETAKAN TUBUHNYA DI ALTAR MONUMEN BERALAS KAIN SPANDUK BEKAS. BEGITU
JUGA MBOK DAN BAPAKNYA, JUGA MULAI TIDURAN. TETAPI SEBELUM SEMUANYA TERJAGA,
DATANG SEORANG PEREMPUAN BERDANDAN MENOR.
29.
Menor
(Melihat
jam tangan)
30.
Kodrat
(Melihat
dengan takjub. Mau bergerak, tetap tetap saja terpaku di tempatnya)
31.
Menor
Kehidupan
kota memang terkadang membuat orang tercengan dan terbengong-bengong
(Menyalakan rokok, sambil melirik Kodrat)
32.
Kodrat
E..e..Mbok
bangun...bangun! Ada orang.
33.
Mbok
Siapa
dia..kok tiba-tiba datang. Jangan-jangan...?
33.
Bapak
(Terbangun
sambil mengendus-endus) Kok bau kemenyan?. Sudah kuduga ini kuburan...
34.
Kodrat
Ssssstttt..cerewet
(Membungkam mulut Bapak)
35.
Menor
Tenang.
Jangan tegang, saya wanita betulan kok (Tertawa manja)
36.
Kodrat
Nyonya
siapa?
37.
Menor
Tepatnya
Nona. Saya Nona Menor. Atau biasa dipanggil Nona Memen.
38.
Mbok
Apakah,
Nona penjaga tempat ini?
39.
Bapak
Atau
istri dari Kang Fredom?
40.
Kodrat
Hussss!
Nona kok punya suami!
41.
Menor
Sejak
saya datang di kota ini, patung atau monumen ini sudah berdiri. Cerita
orang-orang yang sering mangkal disini, patung ini adalah patung peringatan
kemerdekaan. Tetapi sejak sepuluh tahun lalu saya tinggal di tempat ini, tak
ada orang yang datang ke tempat ini, kecuali saya dan kolega-kolega saya.
42.
Kodrat
Sepuluh
tahun Anda..e..maksud saya, Nona Memen, tinggal di bawah monumen ini. Anda
kelihatan orang gedongan? Mustahil, kalau juga menggelandang seperti kami sudah
sepuluh tahun.
43.
Menor
He
he..monumen ini telah memberiku banyak pelajaran tentang rahasia kota. Sepuluh
tahun waktu yang tidak pendek. Dan seperti yang kalian lihat, sepuluh tahun,
aku mampu menaklukkan kota ini.
44.
Mbok
Apa
yang sudah sampeyan taklukan?
45.
Menor
Seluruh
rahasia kota ini sudah saya taklukan.
46.
Bapak
Suaranya
lembut sekali..hemmm.
47.
Mbok
Huss!
Sudah tua masih genit.
48.
Kodrat
Tolong
beri tahu kami, apa rahasia itu?
49.
Menor
O,
tentu anak muda. Saya orang yang baik hati. Akan aku tunjukan apa rahasia kota
itu. Itu soal mudah.
50.
Mbok
Mudah
Nona? Kami yang sudah bertahun-tahun di kota ini, tak berdaya menghadapi
kedigdayaan kota ini. Hidup kami tetap seperti ini. Tetap kere!
51.
Kodrat
Apa
yang kami kerjakan seperti sia-sia.
52.
Bapak
Apalagi
saya yang buta. Tak bisa melihat kecantikan Nona yang wangi ini..
53.
Mbok
Husss...
54.
Menor
Tak
usah berkecil hati. Kalau ada kemauan dan sedikit keberanian, saya bisa
membantu sampeyan berubah menjadi seperti saya ini dalam sekejap. (Menunjuk
Kodrat) Kamu masih muda. Berwajah tampan. Badan cukup sehat. Adalah modal yang
sangat berharga di kota yang kejam ini. Ini sudah cukup untuk membuka kunci
rahasia kota ini.
55.
Kodrat
Saya?
Saya cuman laki-laki ndeso Nona yang terdampar di kota ini. Saya tidak bisa
baca tulis. Tangan saya kasar. Kulit saya hitam.
56.
Menor
Di
kota hanya butuh keberanian. Semua akan mudah, kalau kamu punya keberanian.
57.
Kodrat
Apa
yang Nona maksud keberanian?
58.
Menor
Nah..ini..kamu
sudah mulai memiliki keberanian untuk bertanya. Ini artinya kamu sudah mampu
hidup di kota.
59.
Kodrat
Apa
maksud Nona. Saya tidak mengerti? Apa yang harus saya kerjakan?
60.
Menor
Gampang
sekali. Kalian akan saya tunjukan caranya. Sambil keliling mengamen, kalian
akan menjadi kurir barang-barang saya ini. Nanti ditempat yang sudah saya
tentukan, kalian akan ditemui anak buah saya. Berikan barang-barang saya nanti
pada orang tersebut.
61.
Mbok
Barang
kami sudah cukup banyak untuk kami bawa. Masak ada tambahan barang lagi?
62.
Menor
O..o..tidak-tidak.
Barang ini tidak berat. Ringan sekali. Bisa dimasukan kedalam alat musik
sampeyan itu. Atau dimasukan ke karung sampeyan itu. Mudah kan?.
63.
Kodrat
Nona
sedang menunggu seseorang?.
64.
Menor
Sudah
sepuluh tahun pekerjaan ini saya lakukan.
SUASANA
HENING. TIBA-TIBA MONUMEN BERGERAK PERLAHAN-LAHAN TAPI PENUH EMOSI.
65.
Monumen
Kebusukan
di disi selalu mencacah mataku. Aku selalu terlibat dengan urusan yang tidak
bisa aku tengahi. Mereka telah menjadikanaku saksi mata yang bisu dan tak
berdaya.
Sakit
rasanya melihat kenyataan di sekitarku. Apa artinya diriku, bila hadir disini
haya untuk menciptakan malapetaka bagi manusia. Kenyataan ini harus
diselesaikan. Tetapi aku tak berdaya berbuat apa-apa.
Aku
hanya bisa terpaku, menatap nanar kebusukan kota ini! (Menjadi monumen lagi
dengan posisi berbeda)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar