Halaman

Rabu, 27 Juni 2012

MONUMEN

Naskah Drama
R Giryadi

SUASANA MENJELANG SORE HARI, DISEBUAH KOTA YANG SIBUK DAN MACET. LAMPU KOTA MULAI MENYALA, PERTANDA KEHIDUPAN MALAM AKAN DIMULAI.
DARI SUDUT GELAP, DATANG SEGEROMBOLAN PENGAMEN JALANAN –PENGAMEN APA SAJA-  SEDANG BERJALAN MENUJU KE ALTAR MONUMEN YANG BERDIRI DI TAMAN KOTA.
MEREKA TERDIRI, SEORANG LAKI-LAKI MUDA MENYANGKLONG KENDANG BUTUT, IBU TUA MEMBAWA TAS PLASTIK dan ALAT PENGERAS SUARA SEDERHANA, MENGGANDENG SEORANG BAPAK TUA JUGA MENYANGKLONG SITER DAN GONG BUMBUNG.

1.                  Kodrat
Kita istirahat dulu Mbok, Pak. Tanganku sudah panas, seharian ngendang terus.
2.                  Mbok
Tenggorokanku juga sudah terasa kering dan panas... (batuk)
3.                  Kodrat
Itu gejala flue...
4.                  Mbok
Terlalu banyak nembang...
5.                  Kodrat
Kalau ada uang beli obat flue..

6.                  Bapak
(Meraba-raba tempat) Tempat apa ini..?
7.                  Mbok
Sudahlah Pak, istirahat dulu. Duduk saja disitu.
8.                  Kodrat
Udaranya panas sekali! (Melepas baju)
9.                  Bapak
Batunya halus sekali. Apa ini kuburan?
10.              Kodrat
Kuburan...!? Ini batu marmer dari Tulungagung.
11.              Bapak
O...kita ini sudah sampek Tulungagung ta?
12.  Kodrat
Sudah sampek neraka! Wong dibilang batunya dari Tulungagung kok. Kita masih mbulet disini saja, kok...sampek Tulungagung.
13.              Bapak
Yo siapa tau ada yang nunuti kita pulang ke Tulungagung.
14.              Kodrat
Siapa yang mau memberi tumpangan wong kere! Adanya malah diuncal-uncalke karo satpol PP dari kota ke kota lainnya. Jancuk tenan wong-wong iku.
15.              Bapak
Lak tambah enak to Le...rekreasi gratis.
16.              Kodrat
Rekreasi apane..awake dhewe iki dibuang kok rekreasi....rekreasi mbahe sangkil.
17.              Mbok
Walah kok tambah menyalahkan orang lain.
18.              Kodrat
Saya sudah capek Mbok. Saban hari keliling kota. Mengais rupiah, tapi nasib gak pernah berubah. Aku mau minggat saja ke Malaysia!
19.              Mbok
Hus..gak usah emosi. Disini saja! Apa kalau kamu minggat ke Malaysia, nasibmu berubah. Wong kawan-kawanmu yang pergi ke sana, pulang-pulang malah dibungkus peti. Apa malah tidak apes itu?
20.              Bapak
Apa di kuburan ini?
21.              Kodrat
Kita sudah tidak punya tempat lain di kota ini.
22.              Bapak
Seperti di kuburan. Sepiiiii.
23.              Kodrat
Kuburan! Kuburan! Itu dibaca ada tulisannya (Kodrat membaca tulisan prasasti monumen) Apa ini? F..R..E..E..D..O..O..M.  Fredom! Ini ada patung manusianya. Besar sekali. Kita akan aman disini. Namanya Fredom.
24.              Bapak
Maksudmu ini kuburan Kang Fredom?
25.              Kodrat
Mbuh..gak nggagas! (meletakan tubuh di altar monumen)
26.              Mbok
Husss...bicara nglantur semua! Sudah istirahat sana. Ini lo Drat air putih. Biar adem atimu. Pakne jangan lupa pakai obat nyamuknya. Jangan lupa..disisakan sedikit.
27.              Bapak
Kang Fredom kasih obat nyamuk juga, nanti gak bisa tidur dirubung nyamuk?.
28.              Mbok
Wong patung dari semen kok takut nyamuk. Udah tidur sana. Besuk kesiangan diobrak satpol PP lagi. Dibuang lagi...

KODRAT KEMBALI MELETAKAN TUBUHNYA DI ALTAR MONUMEN BERALAS KAIN SPANDUK BEKAS. BEGITU JUGA MBOK DAN BAPAKNYA, JUGA MULAI TIDURAN. TETAPI SEBELUM SEMUANYA TERJAGA, DATANG SEORANG PEREMPUAN BERDANDAN MENOR.

29.              Menor
(Melihat jam tangan)
30.              Kodrat
(Melihat dengan takjub. Mau bergerak, tetap tetap saja terpaku di tempatnya)
31.              Menor
Kehidupan kota memang terkadang membuat orang tercengan dan terbengong-bengong (Menyalakan rokok, sambil melirik Kodrat)
32.              Kodrat
E..e..Mbok bangun...bangun! Ada orang.
33. Mbok
Siapa dia..kok tiba-tiba datang. Jangan-jangan...?
33.              Bapak
(Terbangun sambil mengendus-endus) Kok bau kemenyan?. Sudah kuduga ini kuburan...
34.              Kodrat
Ssssstttt..cerewet (Membungkam mulut Bapak)
35.              Menor
Tenang. Jangan tegang, saya wanita betulan kok (Tertawa manja)
36.              Kodrat
Nyonya siapa?
37.              Menor
Tepatnya Nona. Saya Nona Menor. Atau biasa dipanggil Nona Memen.
38.              Mbok
Apakah, Nona penjaga tempat ini?
39.              Bapak
Atau istri dari Kang Fredom?
40.              Kodrat
Hussss! Nona kok punya suami!
41.              Menor
Sejak saya datang di kota ini, patung atau monumen ini sudah berdiri. Cerita orang-orang yang sering mangkal disini, patung ini adalah patung peringatan kemerdekaan. Tetapi sejak sepuluh tahun lalu saya tinggal di tempat ini, tak ada orang yang datang ke tempat ini, kecuali saya dan kolega-kolega saya.
42.              Kodrat
Sepuluh tahun Anda..e..maksud saya, Nona Memen, tinggal di bawah monumen ini. Anda kelihatan orang gedongan? Mustahil, kalau juga menggelandang seperti kami sudah sepuluh tahun.
43.              Menor
He he..monumen ini telah memberiku banyak pelajaran tentang rahasia kota. Sepuluh tahun waktu yang tidak pendek. Dan seperti yang kalian lihat, sepuluh tahun, aku mampu menaklukkan kota ini.
44.              Mbok
Apa yang sudah sampeyan taklukan?
45.              Menor
Seluruh rahasia kota ini sudah saya taklukan.
46.              Bapak
Suaranya lembut sekali..hemmm.
47.              Mbok
Huss! Sudah tua masih genit.
48.              Kodrat
Tolong beri tahu kami, apa rahasia itu?
49.              Menor
O, tentu anak muda. Saya orang yang baik hati. Akan aku tunjukan apa rahasia kota itu. Itu soal mudah.
50. Mbok
Mudah Nona? Kami yang sudah bertahun-tahun di kota ini, tak berdaya menghadapi kedigdayaan kota ini. Hidup kami tetap seperti ini. Tetap kere!
51.              Kodrat
Apa yang kami kerjakan seperti sia-sia.
52.              Bapak
Apalagi saya yang buta. Tak bisa melihat kecantikan Nona yang wangi ini..
53.              Mbok
Husss...
54.              Menor
Tak usah berkecil hati. Kalau ada kemauan dan sedikit keberanian, saya bisa membantu sampeyan berubah menjadi seperti saya ini dalam sekejap. (Menunjuk Kodrat) Kamu masih muda. Berwajah tampan. Badan cukup sehat. Adalah modal yang sangat berharga di kota yang kejam ini. Ini sudah cukup untuk membuka kunci rahasia kota ini.
55.              Kodrat
Saya? Saya cuman laki-laki ndeso Nona yang terdampar di kota ini. Saya tidak bisa baca tulis. Tangan saya kasar. Kulit saya hitam.
56.              Menor
Di kota hanya butuh keberanian. Semua akan mudah, kalau kamu punya keberanian.
57.              Kodrat
Apa yang Nona maksud keberanian?
58.              Menor
Nah..ini..kamu sudah mulai memiliki keberanian untuk bertanya. Ini artinya kamu sudah mampu hidup di kota.
59.              Kodrat
Apa maksud Nona. Saya tidak mengerti? Apa yang harus saya kerjakan?
60.              Menor
Gampang sekali. Kalian akan saya tunjukan caranya. Sambil keliling mengamen, kalian akan menjadi kurir barang-barang saya ini. Nanti ditempat yang sudah saya tentukan, kalian akan ditemui anak buah saya. Berikan barang-barang saya nanti pada orang tersebut.
61.              Mbok
Barang kami sudah cukup banyak untuk kami bawa. Masak ada tambahan barang lagi?
62.              Menor
O..o..tidak-tidak. Barang ini tidak berat. Ringan sekali. Bisa dimasukan kedalam alat musik sampeyan itu. Atau dimasukan ke karung sampeyan itu. Mudah kan?.
63. Kodrat
Nona sedang menunggu seseorang?.
64.              Menor
Sudah sepuluh tahun pekerjaan ini saya lakukan.

SUASANA HENING. TIBA-TIBA MONUMEN BERGERAK PERLAHAN-LAHAN TAPI PENUH EMOSI.

65.              Monumen
Kebusukan di disi selalu mencacah mataku. Aku selalu terlibat dengan urusan yang tidak bisa aku tengahi. Mereka telah menjadikanaku saksi mata yang bisu dan tak berdaya.
Sakit rasanya melihat kenyataan di sekitarku. Apa artinya diriku, bila hadir disini haya untuk menciptakan malapetaka bagi manusia. Kenyataan ini harus diselesaikan. Tetapi aku tak berdaya berbuat apa-apa.
Aku hanya bisa terpaku, menatap nanar kebusukan kota ini! (Menjadi monumen lagi dengan posisi berbeda)

Tidak ada komentar: